Ga cuma di bangku formal, di kehidupan sehari-hari kita biasa mencampur bahasa inggris dalam bahasa percakapan. Perhatikan saat meeting..eh rapat, berapa kata bahasa inggris yang kita gunakan? Padahal para pakar bahasa indonesia berusaha mencari kata serapannya lho....mungkin mereka sampai harus membuka kamus bahasa jawa kuno, melayu kuno atau malah kitab daun lontar para empu....
Kita terbiasa mengecap bahwa yang kebarat-baratan itu lebih baik (kata ahli sarkasme ; ini mental yang terbentuk karena penjajahan). Saya tidak akan menafikan bahwa penggunaan bahasa inggris adalah tabu, tapi boleh dan baik selama tepat kadarnya.
Kemaren pagi, presiden kita berbicara di forum internasional dengan berbahasa inggris dengan logat Indonesia jawa....ato istilah kerennya Javenglish. Komentar para kritikus ada yang negatif dan positif, sebagian masyarakat awam juga berkomentar bangga, sampai malu punya presiden ga lancar berbahasa inggris.
Buat saya ga ada salahnya kok, toh esensinya bisa beliau sampaikan.
Kritikus Sirik lain juga berkomentar gaya pedagang sekan mengemis ! Gaya bicara jualan itu juga benar, saya dukung 1000 persen ! Kenapa ? Perhatikan pidato presiden sebelumnya di forum yang sama, menonjolkan kekayaan alam (kaya tapi ga bisa kita olah sendiri), penduduk besar (calon buruh berlimpah) dan posisi strategis (semua juga tau kita hanya menang undian Tuhan, tapi ga punya pelabuhan besar dengan manajemen transport yang baik).
Maka, Bapak presiden kita yang baru mengangkat langsung bobroknya kita : subsidi yang nilainya 1 Trilyun per hari, yang dibakar oleh kendaraan beroda empat.(Mobil masih barang mewah kan?) Uang sebanyak itu akan dialihkan untuk transportasi, (pelabuhan besar, jaringan rel), untuk nelayan. (kenapa nelayan? ; karena sumberdaya berlimpah dan tidak butuh teknologi tinggi) , serta dukungan powerplant (karena kita belum mampu membuatnya). Ide luar biasa! dan Realistis !
Saya tidak malu bahkan bangga memiliki presiden berbahasa javenglish, karena kita masih jadi orang Indonesia, dengan logat daerah yang medok (dari Minang sampai Papua). Dan ini cirikhas "makhluk Indonesia" , ga perlu dan jangan sampai kita harus seperti bangsa asing.
Kita belum perlu menguasai teknologi kelas berat seperti pesawat cukup truk dan kapal. Kita belum perlu pabrik mobil mewah,cukup pabrik jaring, pupuk dan alat pertanian. Bahkan kita belum perlu mall mewah, cukup pasar. Karena beban negara ini bukan hanya orang-orang kaya yang hanya bernafas di mall, (karena mereka akan menutup hidung di pasar rakyat), mereka hanya segelintir. Mayoritas warga negara adalah kelas menengah (yang harus berhemat tapi kadang silau melihat kemewahan) dan sebagian kecil warga miskin (ini kewajiban yang menengah dan atas untuk mengentaskannya).
Buat saya Javenglish adalah ke Indonesia-an, bahwa kita berdaulat dan bercirikhas sendiri bukan Imitasi bangsa lain.
Merdeka !