Jumat, 22 Januari 2016

Eksist-isme

Waktu di bangku sekolah dulu, seingat saya pernah ada teori hirarki kebutuhan Maslow dimana menurut Mbah Maslow kebutuhan mendasar adalah kebutuhan Fisiologis alias makanan, air dlsb. Dan dua yang tertinggi adalah esteem atau dihargai dan terakhir aktualisasi diri. (Kalo ga salah inget...)

Tapi kalo melihat trend sekarang, sepertinya Mbah Maslow harus berfikir ulang mengenai teorinya. Karena ada kebutuhan mendasar saat ini adalah eksist dan diakui. Buktinya dengan media sosial yang ada sekarang banyak orang berlomba untuk eksis, untuk sekedar diakui bahkan sekalipun hanya direspon cibiran atau malah mengundang haters.

Sekalipun sebenarnya harus dipisahkan sih antara kebutuhan dan keinginan....Tp buat makhluk penganut eksist-isme batasan butuh dan ingin sudah terlalu absurd... bahkan mengalahkan logika dan kepentingan publik, contohnya kejadian di Taman Amaryllis  Gunung Kidul atau Taman Bunga Baturaden. Bunga yang indah dan tak berdosa bisa dirusak hanya untuk memuaskan hasrat para penganut eksist-isme.

Bukan berarti saya membenci mereka, cuma gumun....alias heran bukan kepalang dan juga sedih karena jangan -jangan mereka merasa bahwa mereka tidak diakui keberadaannya.

Ngelmu pring - Lagu Keren Jogja Hip-hop Foundation


Pring Ndeling, tegese kendhel lan eling, kendhel mergo eling, timbang nggrundel nganti suwing,
Pring kuwi suket, Dhuwur tur jejeg; Rejeki seret, Rasah do bunek.
Pring Ori, Urip iku mati; Kabeh sing urip mesti bakale mati,
Pring Apus, Urip iku lampus; Dadi wong urip ojo seneng apus-apus,
Pring Petung, Urip iku suwung; Senajan suwung nanging ojo bingung,
Pring Wuluh, Urip iku tuwuh; Ojo mung embuh ethok-ethok ora weruh.
Pring Cendani, Urip iku wani; Wani ngadepi aja mlayu merga wedi,
Pring Kuning, Urip iku eling; Wajib padha eling, Eling marang sing peparing


Ora bakal bubrah marga iso melur…
Kena dinggo mikul, ning aja ketungkul
Urip kuwi abot, ja digawe abot…
Akeh repot, sak trek ora amot
Mulane uripmu aja dha kaku….
Melura, pasraha, ra sah dha nesu
Aja mangu-mangu ning terus mlaku…
Sanajan ro ngguyu aja lali wektu
Kowe bakal bisa urip rekasa….
Ning kudu percaya uga sregep ndonga
Gusti paringana, luwih pangapura…
Marang kawula ingkang kathah lepat lan dosa



Aja nggresula, aja wedi
Dudu kowe, ning Gusti sing mesti luwih ngerti….
Ngatur urip lan mati,
Nyukupi rejeki,
Paring tentreming ati,
Cukup sandang pangan papan,
Bakal mukti pakarti….

Fenomena Haters

Ada satu hal yang mengganggu pikiran saya dengan ke-Indonesiaan saat ini, munculnya fenomena haters. Negeri yang katanya santun kadang-kadang menjadi liar dan brutal (seperti kera sakti) ketika berkomentar atas sesuatu. Satu peristiwa atau tokoh selalu bermunculan haters yang menghujat si tokoh atau menghina peristiwa ini. Bahkan ketika itu berkaitan dengan sisi kemanusiaan seperti peristiwa pengeboman Thamrin kemarin, para haters juga bermunculan. 

Pertanyaannya apakah saat ini manusia sudah sedemikian picik dan sempitnya cara berpikirnya, atau mungkin ini fenomena kebebasan berekspresi. Mengapa ini muncul? Analisa dangkal saya memiliki beberapa hal yang bisa dikambinghitamkan.
Satu, haters semakin subur karena media sosial dan internet yang sedemikian canggihnya, kita merasa bebas berekspresi dan berpendapat mengenai apapun. Sekalipun tak jarang haters anonim atau bernama alias, juga muncul...ini tipe yang tidak gentle he he...
Dua, eksists-me (?!) Paham baru bahwa manusia harus tampil di muka publik, sekalipun sesuatu yang ia tampilkan berpotensi mengundang cacian, toh tetap diunggah juga. Contoh para artis, mungkin saja mereka memanfaatkan haters untuk mengangkat ke populerannya. Ga cuma artis, tokoh atau manusia biasa yang perannya dalam kehidupan cuma  jd bala dupakkan pun sekarang pengen eksis. Mungkin eksist akan jadi salah satu dari tujuan hidup. Tp berarti kita telah meporakporandakan piramida kebutuhan Maslow....eksis nomor satu, makan urusan nanti.
Tiga, Kita semakin pintar...Bisa jadi pendidikan yang katanya sudah maju di Indonesia sudah menciptakan manusia-manusia pintar dengan kemampuan analisa yang dalam sehingga bisa menciptakan teori-teori konspirasi baru. Keren too...
Empat, Iri dengki. Mungkin saja para haters mewujudkan rasa kedengkian yang dibumbui ketidak percayaan dirinya dengan menghujat...

Kayanya cukup empat saja lah, nanti lama-lama saya juga jd ikut aliran kebencian...ha ha ha