Jumat, 22 Januari 2016

Fenomena Haters

Ada satu hal yang mengganggu pikiran saya dengan ke-Indonesiaan saat ini, munculnya fenomena haters. Negeri yang katanya santun kadang-kadang menjadi liar dan brutal (seperti kera sakti) ketika berkomentar atas sesuatu. Satu peristiwa atau tokoh selalu bermunculan haters yang menghujat si tokoh atau menghina peristiwa ini. Bahkan ketika itu berkaitan dengan sisi kemanusiaan seperti peristiwa pengeboman Thamrin kemarin, para haters juga bermunculan. 

Pertanyaannya apakah saat ini manusia sudah sedemikian picik dan sempitnya cara berpikirnya, atau mungkin ini fenomena kebebasan berekspresi. Mengapa ini muncul? Analisa dangkal saya memiliki beberapa hal yang bisa dikambinghitamkan.
Satu, haters semakin subur karena media sosial dan internet yang sedemikian canggihnya, kita merasa bebas berekspresi dan berpendapat mengenai apapun. Sekalipun tak jarang haters anonim atau bernama alias, juga muncul...ini tipe yang tidak gentle he he...
Dua, eksists-me (?!) Paham baru bahwa manusia harus tampil di muka publik, sekalipun sesuatu yang ia tampilkan berpotensi mengundang cacian, toh tetap diunggah juga. Contoh para artis, mungkin saja mereka memanfaatkan haters untuk mengangkat ke populerannya. Ga cuma artis, tokoh atau manusia biasa yang perannya dalam kehidupan cuma  jd bala dupakkan pun sekarang pengen eksis. Mungkin eksist akan jadi salah satu dari tujuan hidup. Tp berarti kita telah meporakporandakan piramida kebutuhan Maslow....eksis nomor satu, makan urusan nanti.
Tiga, Kita semakin pintar...Bisa jadi pendidikan yang katanya sudah maju di Indonesia sudah menciptakan manusia-manusia pintar dengan kemampuan analisa yang dalam sehingga bisa menciptakan teori-teori konspirasi baru. Keren too...
Empat, Iri dengki. Mungkin saja para haters mewujudkan rasa kedengkian yang dibumbui ketidak percayaan dirinya dengan menghujat...

Kayanya cukup empat saja lah, nanti lama-lama saya juga jd ikut aliran kebencian...ha ha ha



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar