Suatu hari Amir
tiba di kantor dengan wajah bersungut-sungut , it’s a teribble day batinnya menyuarakan terus menerus. Amir
mengeluh mengenai keributan dengan istrinya di pagi hari, anak yg berteriak
enggan sekolah dan si kecil yg menangis bahkan
ditambah jalanan yang macet. Benar-benar hari yang sial , Amir mengutuk dalam
hatinya.
Di kantor
suasana juga tak lebih baik, meja dengan setumpuk pekerjaan. Darah Amir
mendidih bahkan si OB yang tidak tahu menahu juga kena semprot, anak buah yang
belum menyelesaikan data yang Amir perlukan juga kena getahnya, sejuta sumpah
serapah memenuhi pikiran Amir. Dan puncaknya dalam meeting dengan anak buah , semua
amarah Amir pun ditumpahkan tidak ada yang selamat dari amukan Bos Amir pagi
itu.
Siang hari
telephone di meja Amir berbunyi, sebuah pesan dari Bos besar untuk menghadap di
lantai atas. Aaaargh apalagi ini….
Di ruangan si
bos besar, jantung amir berdegub, pikirannya kacau.
“Silahkan duduk”
kata si bos besar. “Kamu sudah cukup lama memimpin bagian itu” Tanya si bos.
“Apakah mereka
bahagia dipimpin oleh mu? “ bos besar melanjutkan perkataannya
Amir tak paham
maksud pembicaraan bos besar, “Maaf saya
tidak paham”, kata Amir. “
“Saya tadi
mampir di bagianmu ketika kalian meeting dan kudengar amarahmu”. Amir
tertunduk lesu habislah sudah batinnya….
“Apa hari mu
buruk?”
“Ya sangat buruk “Kata Amir
“Okay, apakah
saat ini hari anak buahmu adalah hari yang membahagiakan atau tidak? “ Kata bos
besar
Amir tercenung,
harinya memang buruk, tapi saat ini anak buahnya mengalami hal yang sama. Dia
telah membuat semuanya mengalami hari yang buruk
“Saya salah,
harusnya saya memisahkan masalah pribadi saya….” kata amir
“Sepertinya itu sulit
“.kata si bos besar.
“Lalu apa yang
harus saya lakukan? “
“Tarik nafas dan
Tersenyum…” kata si bos besar.
” Mungkin hari
ini anakbuahmu juga mengalami hari yang buruk atau mungkin juga hari yang
indah. Apakah kamu berhak merusak hari indahnya? Tentu tidak.
Atau kamu sanggup memperbaiki hari buruk mereka? Sulit bukan?”
“Setidaknya
pikirkan apakah untungnya jika kamu membagi semua amarahmu pada rekan kerjamu Atau sebaliknya apakah ruginya jika kamu tetap tersenyum dan
menyimpan hari burukmu untuk dirimu sendiri. ? Pikirkan itu Amir.”
Amir pun kembali
ke ruanggannya. Melihat pimpinannya memasuki ruangan semua anak buah terdiam,
dan mencoba menghindar, mereka semua takut terkena amarah susulannya.
Amir menatap
sekeliliingnya dan ia merasakan ketakutan anak buahnya. Ia pun menarik nafas
dalam dan tersenyum, pertama dihampirinya OB kantor dan meminta maaf, ia pun lalu
mengarahkan anak buahnya menyelesaikan pekerjaann mereka. Tidak lama suasana
semakin cair dan Amir lupa akan semua masalahnya. Menjelang pulang kantor Amir
masih melihat senyum di anak buahnya dan itu ternyata membuatnya bahagia.
Namun di dalam
perjalanan pulang pikirannya kembali dihantui masalah di rumah. Ah, tapi ia
teringat kata si bos besar, Apa ruginya jika kita tetap tersenyum untuk memberi
kebaikan bagi semua orang dan apa untungnya jika kita membagi semua keburukan dengan orang di
sekitar.
Amir pun
tersenyum , kakinya terasa ringan saat melangkah memasuki rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar