Jumat, 10 Oktober 2014

Peduli

Hingar bingar politik akhir-akhir ini membuat saya jenuh karena semakin lama kok semakin aneh dan ga masuk diakal sehat. Ya sudahlah, mungkin isitilah "politik itu kejam" benar2 dihayati mereka he he he....

So, stop sementara  bicara politik di negeri ini. Kita bicara yang lebih sederhana....mengenai ke-peduli-an. Awalnya dr celutukan diskusi makan siang di kantor, mengenai tenggangrasa dan kepedulian sosial. Eits...kepedulian sosial? kayae pernah dengar.. So saya bertanya pada mbah Google dan muncullah ; menurut Adler 1927, "kepedulian soaial adalah kondisi alamiah spesies manusia dan perangkat yang mengikat masyarakat secara bersama-sama; sikap keterhubungan dan empati bagi setiap anggota komunitas manusia"  Hmmm....ok deh.

Menurut kawan saya, manusia Indonesia sangat rendah nilai kepedulian sosial nya. Lho? Kok bisa? Dia memberi contoh ketika kita menyeberang jalan, (sekalipun di lokasi penyebrangan resmi alias JPO), berapa persen pengguna jalan yang mau mengalah ? kecuali kita memprovokasi duluan dengan maju sedikit demi sedikit. Ok, saya setuju. Bagaimana jika lokasi penyebrangan dengan Traffic Light atau istilahnya Pelican Crossing, (macam yang ada di Surabaya) ? Paling juga takutny kalo ada polisi....he he bener juga.

Contoh lain, katanya berapi-api, sampai lupa dengan menu maksinya. Di traffic light, lampu kuning artinya hati-hati, yang dari jaman kita anak kecil udah tau. Tp sekarang lampu kuning berarti kita harus  menekan pedal gas lebih dalam.... Mungkin karena kita sudah jd orang sibuk yang pake prinsip time is money...... Padahal bisa saja ada pejalan kaki menyeberang atau ambulance yg sedang terburu-buru berlari menyelamatkan nyawa pasien...(pengen sekalian numpang kali)

Bahkan katanya, ketidakpedulian sosial sudah menggurita, sampai-sampai ke pemerintahan. Lihat aja fasilitas umum seperti trotoar, lampu jalan, halte, banyak yang ga keurus, padahal bisa aja lubang trotoar mencelakakan, (ga mematikan sih). Minimal kecemplung di got adalah malu....belum resiko bau atau terluka. Oke deh...lagi-lagi saya setuju dengan kawan ini.

Pikiran saya pun terbang, coba saja seandainya kita peduli pada hal yang kecil saja, buang sampah kita pada tempatnya, memberi waktu buat penyebrang jalan , bukan karena takut uang melayang kena tilang apalagi dengan terpaksa dan pasang muka cemberut tapi menunggu sambil tersenyum manis,

Indah sepertinya. karena kita hidup dan berbagi dunia yang sama.

Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar