Suatu saat, saya pernah numpang makan di sebuah hotel
terkenal. (numpang istilahnya karena
suatu acara workshop ha ha ha....) Jajaran buffet dipisahkan antara
Indonesian Cuisine dan International Cuisine (kayae gitu istilahnya) Antrian di hidangan yang katanya
internasional panjang bukan kepalang. So, berhubung cacing-cacing perut sudah
bernyanyi dengan irama death metal,
mau ga mau saya mengambil makanan selera lokal. Dan menu favorit yang terpilih
adalah tempe goreng (?)
Yups, tempe goreng adalah toplist makanan buat saya, terutama
tempe mondhol ! Baru denger? Tempe mondhol adalah istilah di daerah Banyumas
sana untuk tempe yang belum jadi. Butiran kedelainya belum sepenuhnya ditutupi
oleh jamur ragi tempe. Biasanya para maestro produsen tempe membuatnya untuk dijual esok hari. Tapi
berhubung tidak sabar ya di gorenk juga.
Karena butiran kedelai belum sepenuhnya ditutupi oleh
jaringan jamur maka ketika digoreng para kedelai akan berlarian kesana kemari. Ibarat pepatah :
berjamur kita bersatu, belum jamuran kita bercerai (ha ha ha) tapi ini yang membuat sensasi tempe mondhol luar biasa !!
Tempe memiliki nilai gizi luar biasa kata para ahli, jamur
tempe alias Rhizopus Oligosporus bisa
menciptakan enzim fitaze yang akan
memecah zat gizi dalam kedelai untuk mudah diolah oleh tubuh manusia.
So, hari ini (sambil
menikmati weekend) saya sangat bersemangat untuk mencari tempe mondhol di
kota Madiun dan ketemu....istilahnya disini tempe bakal....apapun itu Thanks God...
Akhirnya menu siang sore dan malam adalah tempe mondhol.
Cukup bumbu bawang dan digoreng dengan
cinta oleh sang istri, maka rasanya sangat menggoncang dunia (dunia saya he he).
Sayangnya para maestro seniman tempe di Indonesia banyak
yang gulung tikar, sehingga mungkin makanan yang indonesia bangets favorit saya
bisa jadi akan jadi barang langka. Mengapa? Karena ternyata mayoritas (hampir
70%) kedelai kita adalah impor !! Impor dari Brasil dan rekan-rekanny di
Amerika Selatan sana. Mungkin saja tempe yang baru saja saya lahap juga berasal
dari Brasil (mungkin itu sebabnya ada
sensasi goyang samba dimulut saya).
Bahkan untuk makanan saja kita harus impor, padahal katanya
tanah Indonesia sangat subur sampai KoesPlus menyanyikan-nya. Tapi ini memberi
saya ide, karena yg saya lahap berarti adalah makanan internasional !!! (bangganyaaaa ) Lebih hebat dari junkfood
Amrik punya, ga kalah dengan makanan Eropa atau Jepang......luaaarrrrr biasa.
So, buat para pemilik hotel dan restoran sedunia, tolong segera
pindahkan tempe dari buffet
Indonesian menjadi Internasional karena ia bukan milik kita lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar